Kenapa Ekonomi Indonesia Kini Stagnan? Ini Jawabannya

Pada kuartal II tahun 2021, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi luar biasa: 7,07% year-on-year. Ini sempat jadi sorotan dunia. Banyak yang mengira Indonesia sedang menuju era kebangkitan ekonomi pasca-pandemi.
Namun kenyataannya, pertumbuhan ekonomi kembali stagnan di angka 5% dalam dua tahun terakhir. Banyak orang bertanya-tanya: “Kenapa sih, kok cuma segitu-segitu aja?”
Jawabannya bukan karena ekonomi kita melemah, tapi karena ada banyak faktor di balik layar yang perlu kita pahami.
1. Pertumbuhan 7% di 2021: Bukan Keajaiban, Tapi Efek Pantulan
➤ Efek Basis Rendah (Low Base Effect)
Pada 2020, ekonomi kita jatuh dalam-dalam. PDB Indonesia kuartal II 2020 sempat minus 5,32%. Jadi saat ekonomi kembali bergerak di 2021, angka pertumbuhan terlihat tinggi secara persentase. Ini seperti memantul dari titik terendah.
Analogi gampangnya: Kalau kamu turun dari 100 ke 50, lalu naik lagi ke 75 → persentasenya terlihat besar, tapi kamu belum balik ke titik awal.
2. Euforia Pemulihan Pasca Pandemi
2021 adalah tahun ketika vaksinasi massal dimulai dan mobilitas masyarakat mulai meningkat. Belanja rumah tangga naik, investasi bergerak, dan ekspor mulai menguat. Ini menciptakan lonjakan aktivitas ekonomi yang sifatnya sementara — bukan hasil dari perubahan struktural jangka panjang.
3. Kembali ke Realita: Ekonomi Kita Punya PR Besar
➤ Produktivitas Masih Rendah
Sebagian besar pertumbuhan kita ditopang oleh konsumsi, bukan produktivitas atau inovasi teknologi. Sektor manufaktur belum jadi tulang punggung ekonomi, sementara ekonomi digital belum merata ke daerah.
➤ Ketimpangan Konsumsi
Konsumsi rumah tangga memang tinggi, tapi 20% kelompok masyarakat paling atas menyumbang mayoritas belanja. Artinya: ekonomi tumbuh, tapi tidak inklusif.
➤ Sistem Pajak dan Belanja Negara Belum Optimal
Penerimaan pajak masih terbatas, sementara kebutuhan belanja negara terus meningkat. Akibatnya, ruang fiskal untuk mendorong pertumbuhan pun ikut sempit.
4. Ketergantungan pada Komoditas Ekspor
Indonesia masih sangat bergantung pada harga komoditas global seperti batu bara, sawit, dan nikel. Ketika harga sedang bagus, ekonomi ikut naik. Tapi ketika pasar lesu, ekonomi pun ikut stagnan.
Kesimpulan: 7% Bukan Normal Baru, Tapi Pantulan Sesaat
Pertumbuhan 7% di 2021 memang nyata, tapi itu bukan pertumbuhan yang bisa kita harapkan setiap tahun. Itu adalah rebound dari krisis pandemi. Setelah euforia itu lewat, kita kembali dihadapkan pada tantangan utama: bagaimana membuat ekonomi tumbuh secara berkualitas dan inklusif.
Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus sama-sama bergerak. Karena tanpa reformasi nyata, ekonomi kita akan terus berada di zona nyaman 5% — aman, tapi kurang menggairahkan.
Apa Pendapatmu soal Kondisi Ekonomi Kita Sekarang?
Ekonomi Indonesia butuh kolaborasi — bukan cuma dari pemerintah, tapi juga dari masyarakat, pelaku usaha, dan generasi muda seperti kamu.
Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar!
Apakah kamu merasakan dampak stagnasi ekonomi? Atau punya solusi atau ide kreatif untuk mendorong pertumbuhan?
Jangan lupa juga untuk bagikan artikel ini ke teman-teman kamu supaya makin banyak yang paham kondisi ekonomi kita hari ini!
Karena masa depan ekonomi Indonesia, bukan hanya urusan elite — tapi milik kita semua.
Recent Comments